Resume presentasi mengenai pemetaan di berbagai bidang
Resume presentasi mengenai pemetaan di berbagai bidang
1. Bidang
Kebencanaan
Dijelaskan
dalam alquran Q.s Al-baqarah ayat 155-157 yang artinya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa
inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna
dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Kemudian
dalam definisi sendiri pemetaan adalah Suatu proses, cara, perbuatan membuat peta, kegiatan pemotretan yang
dilakukan melalui udara dimana dalam kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan
hasil pencitraan yang baik tentang suatu daerah. Dan bencana merupakan kegiatan yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Dalam
proses pemetaan dalam kebencanaan sendiri yaitu
-
Pengumpula data
-
Penyajian data
-
Penggunaan data
Fungsi dari pemetaan dalam kebencanaan sendiri yaitu untuk
mengetahui area bahaya bencana dan upaya mitigasi bencana nya.
Kesimpulan
:
Pemetaan bahaya tanah
longsor di daerah Kecamatan Piyungan dan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan metode frequency ratio menghasilkan 3 zona bahaya
yaitu zona bahaya rendah dengan pelamparan sekitar 22%, zona bahaya menengah
dengan pelamparan sekitar 65% dan zona bahaya tinggi dengan pelamparan sekitar
13%. Validasi menghasilkan frequency ratio memiliki akurasi prediksi yang baik
dengan nilai akurasi 70,5%. Faktor pengontrol tanah yang paling berpengaruh di
daerah penelitian adalah kemiringan lereng 200-400 dengan nilai FR 2,83 dengan
pelamparan yang luas dibandingkan faktor-faktor pengontrol longsor yang lain.
Resume Kelompok 2
Judul : PEMETAAN OBJEK WISATA SARANA DAN
PRASARANA PENDUKUNG DI KABUPATEN BREBES BAGIAN SELATAN MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFI (SIG)
Dengan mengambil studi kasus Kabupaten Brebes,
didapatkan hasil :
Kabupaten Brebes Selatan secara keseluruhan
mempunyai luas wilayah sebesar 1.661,7 km2, dengan jumlah penduduk di tahun
2009 mencapai 1.752.128 jiwa. Dengan penatagunaan lahan seperti lahan sawah dan
lahan non-sawah.
Mayoritas
wilayah di Kabupaten Brebes Selatan memiliki klasifikasi penilaian curah hujan
antara 3.000-3500 mm/th yaitu pada wilayah Kecamatan Bantarkawung, Bumiayu,
Paguyangan, Salem, Sirampog, dan Tonjong.
Fasilitas Pelayanan yang terdapat di kab.
Brebes berupa :
1. Rumah
Makan
2. Pusat
Oleh-oleh
Prasarana yang
terdapat di kab. Brebes yaitu :
1. Transportasi
2. Akomodasi
3. Unit
Pelayanan Kesehatan
4. Stasiun
Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU)
Resume Kelompok 3
Judul : Sistem Informasi
Komponen – komponen
yang terdapat pada sistem informasi yaitu sebagai berikut :
• Sumber
Daya Manusia
• Sumber
Daya Hardware
• Sumber
Daya Software
• Sumber
Daya Data
• Sumber
Daya Jaringan
Adapun kegunaan sistem
informasi pada peta, yaitu :
1. Untuk
mengetahui apa saja yang terjadi dipermukaan bumi melalui sistem computer
2. Dapat
melakukan penelitian seperti perubahan apa saja yang terjadi di permukaan bumi
yang diakeses melalui satelit
Metode – metode
penelitian dalam bidang sistem informasi, yaitu :
1. Aturan
komunikasi
Metodologi merupakan alat komunikasi sesama
peneliti untuk berbagi pengalaman dalam melakukan penelitian.
2. Aturan
penalaran
Melakukan observasi dengan data secara ilmiah,
namun hal yang terpenting dapat menjelaskan dari data tersebut.
Resume Kelompok 4
Judul : Pemetaan Lahan Sawah
Pemetaan secara harfiah menurut kamus besar
BahasaIndonesia (1987 : 859) adalah suatu proses, cara, perbuatan membuat
peta,kegiatan pemotretan yang dilakukan melalui udara dimana dalam
kegiatantersebut bertujuan meningkatkan hasil pencitraan yang baik tentang
suatu daerah
Menurut Bintarto Lahan merupakan sebagai land
settlemen yaitu suatu tempat atau daerah dimanapenduduk berkumpul dan hidup bersama,
dimana mereka dapat menggunakanlingkungan setempat untuk mempertahankan,
melangsungkan dan mengembangkanhidupnya.
(Sumantri, 1980). Pengertian Pertanian dalam
arti sempit yaitu segala aspek biofisik yang berkaitan dengan usaha
penyempurnaan budidaya tanaman untuk memperoleh produksi fisik yang maksimum.
Metode – metode penelitian yang dilakukan
1. Identifikasi
Penggunaan Lahan Aktual
sisi luasan dominan kabupaten ini merupakan
daerah budidaya (karena presentase terbanyak berada pada sektor pertanian budidaya).
Sedangkan daerah lindung relatif terbatas, yang ditunjukkan dengan hutan primer
dan rawa sekunder yang relatif terbatas. Selain itu daerah sawah yang juga
relatif kecil yaitu hanya sekitar (7.70%),
menunjukkan keperluan penduduk setempat untuk sawah diduga tidak terlalu
besar, dan saat ini kemungkinan konversi lahan sawah dapat terjadi di masa yang
akan datang.
2. Identifikasi
Lahan Aktual dan Lahan Potensial Padi Sawah
Berdasarkan evaluasi data kesesuaian penggunaan
lahan untuk padi sawah maka sebagian besar wilayah Pasaman Barat adalah sesuai
untuk dikembangkan sebagai lahan sawah karena nilai dari sawah irigasi maupun
sawah tadah hujan yang paling tingi berada pada S1 (sangat sesuai) . Dapat
dilihat pada tabel di atas bahwa wilayah yang saat ini sebagai daerah hutan
primer, hutan sekunder, lahan kering, dan lainnya mempunyai lokasi yang secara
fisik sudah sesuai untuk dijadikan sawah.
Berdasarkan potensi kemudahan dikonversinya penggunaan lahan ke sawah
dan mempunyai kesesuaian lahan sawah, maka daerah semak belukar dan rawa masih
banyak yang dapat dimanfaatkan sebagai daerah potensial lahan sawah.
3. Analisis
Proyeksi Kebutuhan Lahan Sawah
a. Skenario
Optimis
Penurunan kebutuhan lahan sawah untuk skenario
optimis terjadi karena perluasan areal tanam dan kenaikan produktivitas. Hal
ini dilakukan dengan perbaikan prasarana pendukung seperti irigasi dan kemajuan
IPTEK.
b. Skenario
Pesimis
Dalam skenario ini kebutuhan lahan sawah setiap
tahunnya cenderung naik, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan di Kabupaten
Pasaman Barat maupun berkontribusi terhadap Provinsi Sumatera Barat.
4. Delineasi
Lahan Berdasarkan Hasil AHP dan Proyeksi Kebutuhan Lahan Sawah
Lahan
aktual dan potensial yang tersedia di Kabupaten Pasaman Barat sebesar 38,291
ha. Setelah penapisan mengalami pengurangan seluas 1,104 ha, menjadi seluas
37,187 ha. Hal ini disebabkan lahan potensial yang berada di Kecamatan Sasak
Ranah Pasisie seluas 544 ha dan S. Aur seluas 550 ha, dikeluarkan. Alasannya
adalah:
1. kedua
kecamatan tersebut tidak memiliki lahan sawah aktual
2. lahan
potensial sebagian besar telah diusahakan untuk kebun kelapa sawit.
Delineasi
berdasarkan prioritas ini, memunculkan 3 usulan kategori Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B). LP2B kategori 1 di Kecamatan Pasaman, Kinali dan L.
Melintang 21,525 ha. LP2B kategori 2 di Kecamatan K. Balingka, Luhak ND dan G.
Tuleh 2,836 ha. LP2B kategori 3 di KecamatanTalamau, R. Batahan dan S. Beremas
12,829 ha, dan total LP2B adalah total seluas 37,187 ha.
Kabupaten Brebes Selatan secara keseluruhan
mempunyai luas wilayah sebesar 1.661,7 km2, dengan jumlah penduduk di tahun
2009 mencapai 1.752.128 jiwa.
PEMETAAN
PERSEBARAN HUTAN MENURUT KLASIFIKASI
FUNGSI HUTAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(SIG)
Kelompok
5 :
Hapsah Rahmawati
(10070318101)
Alifia Safa
Kenangkinayu (10070318102)
Dewi Febrianti
(10070318103)
Materi :
Teori
Dasar
Hutan merupakan suatu
lapangan pohon-pohon secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati
beserta alam lingkungannya,dan yang ditetapkan
oleh pemerintah. Lalu pemetaan merupakan penggambaran (perpresentasian)
sebagian atau seluruh permukaan bumi ke dalam suatu bidang datar dalam bentuk
titik,garis, dan luasan (area).
SIG
( Sistem Informasi Geografis)
BAKOSURTANAL
menjabarkan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras,
perangkat lunak, data geografi, dan personal yang didesain untuk memperoleh,
menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan bentuk
informasi yang bereferensi geografi.
Data SIG berupa
data digital yang berformat raster dan vector. Data vektor menyimpan data digital dalam bentuk rangkaian koordinat
(x,y). Prinsip pengelolaan data dalam SIG secara sederhana dapat digambarkan
dengan sebuah overlay atau tumpang susun
beberapa peta berwarna yang tergambar pada kertas transparansi. Dalam
pengolahan digital SIG, masing-masing satuan pemetaan memiliki bobot tertentu.
pembobotan dilakukan dengan scoring.
Kodisi Wilayah
1.
Kemiringan lereng
2.
Drainase dan Erosi
a.
Drainase
tanah
Drainase tanah adalah keadaan tata air
diatas permukaan tanah, dikawasan ini terdapat 3 kelas drenase tanah yaitu
kedap air, sering longsor dan mantap.
b.
Erosi
Tingkat erosi di kawasan ini terbagi dalam
4 kelas yaitu
•
tingkat
erosi sedang, terletak di Kecamatan Kunduran, Kecamatan Todanan, Kecamatan
Banjarejo, Kecamatan Ngawen, dan Kecamatan Japah.
•
tingkat
erosi ringan, terletak di Kecamatan Kunduran, Kecamatan Todanan, Kecamatan
Banjarejo, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Japah, Kecamatan Tunjungan dan Kecamatan
Blora.
•
tingkat
erosi yang berat , terletak di Kecamatan Todanan, Kecamatan Tunjungan dan
Kecamatan Blora.
•
tingkat
erosi yang sangat berat sekali, terletak di Kecamatan Todanan, dan Kecamatan
Blora
3. Geologi
Berdasarkan peta
rupa bumi Kabupaten Blora geologi di kawasan KPH Blora
terdiri dari:
1) Alluvium yang terdiri dari tanah
lempung, lahan pasir, dan kerikil terdapat di Kecamatan Banjarejo, Kecamtan
Ngawen Dan Kecamatan Kunduran.
2) Formasi selorejo yang terdiri dari batu
lempung dan batu gamping terdapat di Kecamatan Banjarejo.
3) Formasi ledok yang terdiri dari batu
gamping dan batu glukonik yang terdapat di Kecamatan Banjarejo dan Kecamatan
Kunduran.
4) Formasi Mundu yang terdiri dari batu
gamping terdapat di Kecamatan
Banjarejo, Kecamatan Ngawen dan Kecamatan Kunduran.
5) Formasi Tambakromo yang terdiri dari
batu lempung, rapal dan batu gamping terdapat di Kecamatan Kunduran, Kecamatan
Todanan, Kecamatan Banjarejo, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Japah, Kecamatan
Tunjungan dan Kecamatan Blora.
6) Fomasi Wonocolo terdiri dari napal dan
batu gamping terdapat di Kecamatan Todanan dan KecamatanTunjungan.
7) Formasi Madura terdiri dari
gamping dan karal terdapat di Kecamatan
Todanan.
8) Formasi tuban terdiri dari lempung,pasi
kwarsa,napaldan batu gamping terdapat di Kecamatan Todanan.
3. Jenis
Tanah
Berdasarkan peta jenis tanah Kabupaten
Blora jenis tanah yang terdapat pada kawasan ini adalah jenis tanah mediteran
dan grumusol yang cocok untuk sawah, tegalan, perkebunan dan kehutanan. Jenis
tanah ini warnanya merah kecoklatan dan kelabu sampai hitam. Jenis tanahnya
berupa tanah gumusol dan mediteran terdapat pada Kecamatan Kunduran, Kecamatan
Todanan, Kecamatan Banjarejo, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Japah, Kecamatan
Tunjungan dan Kecamatan Blora. Jenis tanah itu berupa tanah kapur dan margel
yang warnanya merah kecoklatan dan kelabu sampai hitam.
4.
Peta
5.
Kesimpulan
Berdasarakan hasil pembahasan dapat
disimpulkan bahwa Kesatuan Pemangkuan Hutan Blora terdiri dari 3 bagian hutan
yaitu baguian hutan Kunduran, bagian hutan banjarejo, bagian hutan Ngawen.
Wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blora
terdiri dari 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Todanan, Kecamatan Blora,
Kecamatan Tunjungan, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Kunduran, Kecamatan Japah,
Kecamatan Banjarejo. Kawasan hutan ini mempunyai luas sebesar 15.000 Ha yang
terdiri dari 4 kelas hutan yaitu: 1). Hutan wisata yang terletak di bagian
hutan Kunduran tepatnya di Kecamatan Todanan. Hutan wisata di KPH Blora ini
mempunyai luas sebesar 1.0 Ha 2). Hutan lindung yang terletak di bagian hutan
Ngawen tepatnya di Kecamatan Japah. Hutan lindung di KPH Blora ini mempunyai
luas sebesar 131.9 Ha. 3). Lapangan dengan tujuan istimewa yang terletak di
semua bagian hutan. Lapangan dengan tujuan istimewa di KPH Blora ini mempunyai luas sebesar 11.5
Ha. 4). Hutan produksi yang tersebar diseluruh kawasan yaitu kawasan pada
Bagian Hutan Kunduran dengan luas 4977,8 Ha, Bagian Hutan Ngawen dengan luas
5716.7 Ha dan Bagian Hutan Banjarejo dengan luas 40613,1 Ha.
SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN PENYAKIT KRONIS DAN DEMAM BERDARAH DI PUSKESMAS 1
BATURITI
Kelompok
6 :
Wanda Nurrizka 10070318104
Tabitha Hemastuti 10070318105
Arya Cakrapravastha 10070318106
Materi
:
Teori Dasar
DBD
(Demam Berdarah Dengue)
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albocpictus
Penyakit kronis adalah jenis penyakit yang
menyebabkan kerusakan jaringan yang dapat berlangsung selama berbulan bulan
hingga menahun.
Penyakit
Menurut Elizabeth J. Crown, penyakit
merupakan perihal hadirnya sekumpulan respons tubuh yang tidak normal terhadap
agen, yang mana manusia memiliki toleransi yang sangat terbatas atau bahkan
tidak memiliki toleransi sama sekali.
Kesehatan
Menurut WHO (1947), kesehatan merupakan
keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan
penyakit atau kelemahan.
GIS
(Geographic Informatiom System)
system infornasi khusus yang mengelola
data yang memiliki informasi spasial.
Data
yang dibutuhkan
1. Data
penderita penyakit
2. Data
daerah endemic
3. Data
geografis (kecamatan dan kelurahan) berdasarkan data penderita pertahun
4. Data
pemetaan dengan sistem informasi geografis
Metodologi
Metodologi Waterfall
Metode pengembangan sistem waterfall
merupakan urutan kegiatan/aktivitas yang dilakukan dalam pengembangan sistem
mulai dari penentuan masalah, analisis kebutuhan, perancangan implementasi,
integrasi, uji sistem, penerapan dan pemeliharaan.
Metode yang digunakan untuk mengetahui
efektifitas dari sistem yang telah dibangun menggunakan metode skala
likert.Metode skala likert adalah bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Penyebaran kuesioner di lakukan di Puskesma 1 Baturiti dengan jumlah
responden sebanyak 10 dan 10 pernyataan.
Kesimpulan
Dalam Sistem Informasi Geografis pemetaan
penyakit kronis dan demam berdarah ini terdapat Peta persebaran penyakit kronis
dan demam berdarah di Kecamatan Baturiti, data grafik jumlah penderita penyakit
kronis dan demam berdarah, serta laporan data penduduk data petugas data
monitoring , User dapat melihat atau monitoring masyarakat yang terkena
penyakit kronis dan penyakit demam berdarah yang tersebar di masing- masing
Desa yang di bawahi oleh puskesmas 1 Baturiti melalui website Sistem Informasi
Geografis pemetaan penyakit kronis dan demam berdarah.
PEMETAAN LAHAN
SAWAH
Kelompok 7 :
Azizah Nur Aulia 10070318107
Maya Putri Rahayu 10070318108
Dzulfikar Arda 10070318109
Materi :
Artinya : “Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang
telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air
hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (Q.S Thaha 20:53)
Teori Dasar
Pangan
Pangan adalah
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia
Pertanian
(Sumantri, 1980).
Pengertian Pertanian dalam arti sempit yaitu segala aspek biofisik yang
berkaitan dengan usaha penyempurnaan budidaya tanaman untuk memperoleh produksi
fisik yang maksimum.
Pemetaan
Pengertian
pemetaan secara harfiah menurut kamus besar BahasaIndonesia (1987 : 859) adalah
suatu proses, cara, perbuatan membuat peta,kegiatan pemotretan yang dilakukan
melalui udara dimana dalam kegiatantersebut bertujuan meningkatkan hasil
pencitraan yang baik tentang suatudaerah
Lahan
Menurut Bintarto Lahan merupakan sebagai land settlemen yaitu suatu
tempat atau daerah dimanapenduduk berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka
dapat menggunakanlingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan
mengembangkanhidupnya.
Data yang dibutuhkan
1.
Primer
a. Data hasil
survei lapang
b. Data kuesioner
dari wawancara ahli petani dan lainnya.
2. Sekunder
Tabel
dan peta yang diperoleh dari berbagai instansi pemerintah
Metode
1.
Identifikasi Penggunaan Lahan Aktual
2.
Identifikasi Lahan Aktual dan Lahan Potensial Padi
Sawah
3.
Analisis Proyeksi Kebutuhan Lahan Sawah
4.
Delineasi Lahan Berdasarkan Hasil AHP dan Proyeksi Kebutuhan Lahan Sawah
Identifikasi Penggunaan Lahan Aktual
no
|
penutupan/penggunaan
lahan
|
lahan (Ha)
|
persentase (%)
|
1
|
Hutan primer
|
9.494
|
2,69
|
2
|
hutang mangrove sekunder
|
1.530
|
0,43
|
3
|
hutan rawa primer
|
187
|
0,05
|
4
|
hutan rawa sekunder
|
12581
|
3,56
|
5
|
hutan sekunder
|
49332
|
13,95
|
6
|
hutan tanaman
|
1180
|
0,33
|
7
|
Permukiman
|
3699
|
1,05
|
8
|
pertanian campuran
|
45557
|
12,88
|
9
|
perkebunan kelapa sawit
|
100642
|
28,46
|
10
|
pertanian lahan kering
|
87595
|
24,77
|
11
|
Rawa
|
106
|
0,03
|
12
|
sawah irigasi
|
20550
|
5,81
|
13
|
sawah tadah hujan
|
6681
|
1,89
|
14
|
semak belukar
|
10299
|
2,91
|
15
|
semak belukar rawa
|
2826
|
0,8
|
16
|
tanah terbuka
|
1556
|
0,38
|
Jumlah
|
353.815
|
100
|
sisi luasan
dominan kabupaten ini merupakan daerah budidaya (karena presentase terbanyak
berada pada sektor pertanian budidaya). Sedangkan daerah lindung relatif
terbatas, yang ditunjukkan dengan hutan primer dan rawa sekunder yang relatif
terbatas. Selain itu daerah sawah yang juga relatif kecil yaitu hanya sekitar
(7.70%), menunjukkan keperluan penduduk
setempat untuk sawah diduga tidak terlalu besar, dan saat ini kemungkinan
konversi lahan sawah dapat terjadi di masa yang akan datang.
Peta :
Kesimpulan
- Kabupaten
Pasaman Barat mempunyai areal dengan penggunaan lahan sawah aktual yaitu
sawah irigasi seluas 20,584 ha dan sawah tadah hujan seluas 6,733 ha.
Penutupan/penggunaan lahan berupa rawa seluas 106 ha, semak/belukar seluas
9,146 ha dan semak belukar rawa seluas 1,722 ha dapat dijadikan sebagai
lahan potensial untuk tanaman padi sawah.
- Berdasarkan
pertimbangan hasil analisis AHP dan proyeksi kebutuhan lahan sawah, maka
terdapat 3 kategori lahan yang diusulkan sebagai LP2B dengan luas berbeda.
Kategori pertama diprioritaskan untuk dilindungi seluas 18,770 ha yang
menyebar di Kecamatan L. Melintang, Pasaman dan Kinali.
Komentar
Posting Komentar